Selasa, 17 Oktober 2017

KH AHMAD MUZAKKI SYAH==> SEJARAH MANAQIB DI PP AL-QODIRI 1 JEMBER

Seperti disinggung sebelumnya, bahwa sejak Kyai Muzakki masih dalam kandungan, KH. Achmad Syaha (Abahnya) telah mengistiqomahkan amalan manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailanai RA setiap ba’da shalat subuh dan khusus tiap malam Jum’at , beliau menyembelih ayam untuk dzikiran yan sama, dengan para tetangganya.
Bahkan karena amalannya tersebut, KH. Achmad Syaha pernah didatangi oleh Rijalul ghaib, karena munculnya tejah (sinar yang sangat terang dan menyilaukan) yang berasal dari majelis dzikir manaqib yang dibaca Kyai Syaha bersama tetangganya saat itu untuk calon putranya yang kelak diberi nama Muzakki.
Maka sejarah amalan manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  yang diamalkan oleh Kyai Muzakki sesungguhnya berasal dari abahnya sendiri (KH. Achmad Syah) dan pamannya (KH. Moh. Yazid).
Di samping itu, intensitas, komitmen dan mantapnya beliau menjadikan amalan dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani sebagai sarana da’wah beliau, konon juga karena telah mendapat restu, anjuran dan legitimasi dari waliyullah KH Abdul Hamid Pasuran ketika beliau bersama KH. Dhofir sowan ke KH. Abdul Hamid di Paruan. Inilah “kereta” yang kemudian mengantarkan namanya bersinar bak kejora dalam gulita dan dilabuhi banyak “bahtera” umat, bak samudra tak bertepi.
Sebetulnya Kyai Muzakki bukanlah satu-satunya pengamal dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  di Indonesia, sebelumnya bahkan hingga kini sudah sangat banyak orang yang mengamalkan amalan yang sama, tetapi lain lubuk lain kepala, maka lain pula isinya. Seperti diketahui, para pengamal dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  sebelumnya biasa menyebut ya sayyidi.. ya Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  … aghisni 3x sebelum mereka menyampaikan berbagai permohonannya kepada Allah. Swt.
Pada dzikir manaqib Kyai Muzakki  ucapan seperti di atas tidak pernah digunakan, sebab bagi Kyai Muzakki, Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  dalam konteks tersebut hanyalah sebuah wasilah bukan pemegang otoritas pengabul doa, yang punya kewenangan mengabulkan doa hanyalah Allah swt, karena itu memohon atau berdoa harus kepada Allah semata bukan kepada selain-Nya.
Maka sebagai hasil tsamratul fikriyah beliau sekaligus merupakan karakteristik yang membedakan dzikir beliau dengan yang lain adalah ucapan “bilbarakah walkaramah Syaikh Abdul Qodir al-Jailani  waliyullah bi syafa’at nabi Muhammad bi idznillah waridollah, ya Allah 3x  …. Innaka ‘ala kulli syai’in qodir.. taqdi/ iqdi haajaatinaa…. Alfatihah.
Perbedaan dua ucapan diatas walau terkesan sederhana dan sangat teknis, tetapi sungguh mempunyai implikasi yang luar biasa dalam tataran keimanan dan aqidah seseorang.



EmoticonEmoticon