Seperti disinggung
sebelumnya, bahwa sejak Kyai Muzakki masih dalam kandungan, KH. Achmad Syaha
(Abahnya) telah mengistiqomahkan amalan manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailanai
RA setiap ba’da shalat subuh dan khusus tiap malam Jum’at , beliau menyembelih
ayam untuk dzikiran yan sama, dengan para tetangganya.
Bahkan
karena amalannya tersebut, KH. Achmad Syaha pernah didatangi oleh Rijalul
ghaib, karena munculnya tejah (sinar yang sangat terang dan menyilaukan) yang
berasal dari majelis dzikir manaqib yang dibaca Kyai Syaha bersama tetangganya
saat itu untuk calon putranya yang kelak diberi nama Muzakki.
Maka
sejarah amalan manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani yang diamalkan oleh Kyai Muzakki sesungguhnya
berasal dari abahnya sendiri (KH. Achmad Syah) dan pamannya (KH. Moh. Yazid).
Di
samping itu, intensitas, komitmen dan mantapnya beliau menjadikan amalan dzikir
manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani sebagai sarana da’wah beliau, konon juga
karena telah mendapat restu, anjuran dan legitimasi dari waliyullah KH Abdul
Hamid Pasuran ketika beliau bersama KH. Dhofir sowan ke KH. Abdul Hamid di
Paruan. Inilah “kereta” yang kemudian mengantarkan namanya bersinar bak kejora
dalam gulita dan dilabuhi banyak “bahtera” umat, bak samudra tak bertepi.
Sebetulnya
Kyai Muzakki bukanlah satu-satunya pengamal dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir
al-Jailani di Indonesia, sebelumnya
bahkan hingga kini sudah sangat banyak orang yang mengamalkan amalan yang sama,
tetapi lain lubuk lain kepala, maka lain pula isinya. Seperti diketahui, para
pengamal dzikir manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani sebelumnya biasa menyebut ya sayyidi.. ya
Syaikh Abdul Qodir al-Jailani … aghisni
3x sebelum mereka menyampaikan berbagai permohonannya kepada Allah. Swt.
Pada
dzikir manaqib Kyai Muzakki ucapan
seperti di atas tidak pernah digunakan, sebab bagi Kyai Muzakki, Syaikh Abdul
Qodir al-Jailani dalam konteks tersebut
hanyalah sebuah wasilah bukan pemegang otoritas pengabul doa, yang punya
kewenangan mengabulkan doa hanyalah Allah swt, karena itu memohon atau berdoa
harus kepada Allah semata bukan kepada selain-Nya.
Maka
sebagai hasil tsamratul fikriyah beliau sekaligus merupakan karakteristik yang
membedakan dzikir beliau dengan yang lain adalah ucapan “bilbarakah walkaramah
Syaikh Abdul Qodir al-Jailani waliyullah
bi syafa’at nabi Muhammad bi idznillah waridollah, ya Allah 3x …. Innaka ‘ala kulli syai’in qodir.. taqdi/
iqdi haajaatinaa…. Alfatihah.
Perbedaan
dua ucapan diatas walau terkesan sederhana dan sangat teknis, tetapi sungguh
mempunyai implikasi yang luar biasa dalam tataran keimanan dan aqidah
seseorang.
EmoticonEmoticon