Minggu, 09 April 2017

MENELISIK SILSILAH KYAI MUZAKKI


Ali bin Abi Tholib karromallahu wajah menyebutkan "pemuda yang handal adalah mereka yang berani mengatakan inilah aku, bukan yang mengatakan aku anak fulan cucu si fulan".

Pandangan tersebut relevan dengan tuntunan al-Qur'an yang menegaskan bahwa sesungguhnya posisi yang paling mulia di antara manusia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara mereka. Karena itu kepada anak cucunya, para santrinya dan para jamaahnya, Kyai Muzakki sering memberikan tausiah atau qoul hikmah bahwa :
Artinya :
"Kemuliaan seseorang itu bukan karena nasabnya, tetapi karena jerih payah usahanya sendiri", maka jangan andalkan nasab dan silsilah tapi andalkanlah dirinya sendiri.

Bagi Kyai Muzakki kemuliaan dan eksistensi seseorang bukan ditentukan oleh orang lain, juga bukan karena faktor keturunan, genetik, jabatan, kekayaan atau pelbagai simbol dhahiriyah lainnya, melainkan lebih ditentukan oleh prestasi, kompetensi, track record (rekam jejak) dan kredibilitas serta ketaqwaan dirinya sendiri kepada Allah swt, dalam konteks inilah kiranya difahami pernyataan yang sering disampaikan Kyai Muzakki "kalah wirid kalah, menang wirid menang".

Namun demikian, bagaimanapun silsilah tetap memiliki makna penting bukan pada pengertiannya yang menunjuk pada "aku anak siapa", melainkan pada esensi dari "aku" yang memancarkan sebuah peran dan manfaat dalam kehidupan nyata, maka istilah "buah itu tidak akan jatuh jauh dari pohonnya" atu "liyakun waladul asadi syiblan laa hirratan" (anak singa seharusnya sanga bukan kucing) harus difahami sebagai motivasi yang dapat memacu dirinya untuk berprestasi lebih baik dari nenek moyang mereka sebelumnya.

Penulisan silsilah Kyai Muzakki di sini dimaksudkan untuk melihat bagaimana beliau sejak dalam kandungan, masa kanak-kanak, masa remaja hinga pada masa dewasa, termasuk juga untuk melihat berbagai i'tibar positif yang dapat diteladani oleh generasi berikutnya.

Setiap orang tua pasti mendambakan dzurriyahnya hidup sukses, karena itu berbagai hal dilakukan oleh orang tua untuk mendesain agar para dzurriyahnya kelak dapat mencapai kesuksesan hidup yang gmilang, dalam Islam atensi terhadap nasib anak tidak hanya dimulai pasca kelahiran anak, tetapi jauh sebelumnya, ketika kedua orang tuanya akan menikah orientasi ke arah tersebut sesungguhnya telah dimulai.

Teks-teks suci yang mengajarkan -misalnya- agar orang berhati-hati memilih pasangan, karena anak yang lahir darinya akan mewarisi watak, juga ajaran tentang tata cara, akhlaq dan doa-doa yang harus dilakukan suami istri sebelum dan sesudah melakukan hubungan intim, ketika istri hamil, bahkan saat sang bayi lahir, adalah seperangkat bukti betapa orang tua sangat menentukan hitam-putih atau sukses tidaknya sang anak dikemudian hari.

Terdapat beberapa kiat yang dilakukan leluhur Kyai Muzakki untuk tujuan diatas, antar lain :

Pertama, memberikan keteladanan yang baik. Ke-dua, melihbatkan anak cucu mereka dalam doa-doa yang spiritual dan inspirasional, seperti halnya nabi Ibrahim as, yang mengikutsertakan keturunannya dalam pelbagai doa-doanya :

Yaa Tuhanku, Jadikan aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan Shalat" (Qs. 14 : 40). Yaa Tuhanku, Jadikanlah Negeri ini Negeri yang aman dan sentosa dan jauhkan aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala. (Qs. 14 : 35). Sesungguhnya Aku (Allah) akan menjadikanmu (Ibrahim) Imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata (dan aku mohon juga) dari keturunanku. (Qs. 2 : 124).

Ke-tiga, menceritakan kisah-kisah agung pada anak cucu, sebab hakekat manusia adalah mahluk yang gemar bercerita  dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya, para nabi mengajar ummatnya dengan berbagai cerita dan perumpamaan, Al-Qur'an sendiri sebagian isinya berbentuk cerita dan kisah.

Para sufi seperti al-Attar, Rumi dan Sa'di mengajarkan kearifan perennial dengan cerita, pra kyai sepuh dulu senang berdiskusi dengan putra-putrinya atau santrinya dengan pendekatan cerita, tidak saja dari kisah Islam, tapi juga kisah-kisah dalam injil, kisah dari China, India, motologi Yunani, kisah pewayangan, sampai cerita Crayon Sinchan.

Ke-empat, mendiskusikan berbagai persoalan dan penderitaan dengan perspektif ruhaniyah, yakni memberikan makna terhadap semua kejadian dengan merujuk pada rencana agung ilahi (The Divine Grand Design), bahwa setiap kejadian yang menimpa manusia adalah implementasi dari kehendak Tuhan, dan setiap kehendak Tuhan pasti yang terbaik, sebab Tuhan sumber kebaikan.

Ke-lima, membawa anak cucu menikmati keindahan alam, dan ke-enam membawa anak cucu berkunjung ke tempat orang-orang menderita dengan maksud melatih kepekaan emosi spiritual. Serta yang ke-tujuh, melibatkan anak cucu dalam membaca kitab suci dan kegiatan ritual keagamaan lainnya sebagai cara praktis untuk "tune in" anak dari pengalaman fisikal material ke pengalaman spiritual.

Maka sekali lagi penulisan, silsilah Kyai Muzakki ini hanya dimaksudkan untuk melihat dimensi-dimensi seperti di atas, bahwa kemudian dalam penelusuran sisilah Kyai Muzakki ditemukan memiliki titik ordinat dengan masyayikh dan habaib yang terus bersambung pada Rasulullah Saw, sesungguhnya hanyalah sebuah kebetulan belaka, yang pasti, Kyai Muzakki terbukti nyata memiliki talenta spiritual yang dapat dijadikan acuan oleh banyak orang untuk berkaca diri.

Dari berbagai data, ditemukan bahwa Kyai Muzakki mempunyai silsilah yang bersambung hingga kepada Rasulullah Saw, rinciannya adalah sebagai berikut :
Achmad Muzakki Syah adalah putra Nyai Juma'ati (Hj. Fatimatuzzahra) binti KH. Syadali bin KH. Moh. Arief bin K. Durrin bin K. Moh. Toyyib bin K. Abd. Latief bin KH. Asy'ary bin KH. Moh. Adzro'i bin KH. Yusuf bin Sayyid Abd. Rahman (Mbah Sambu) bin Sayyid Moh. Hasyim bin Sayyid Abd. Rahman Basaiban bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Umar bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar Basyaiban bin Sayyid Moh. Asadullah bin Sayyid Hasan at-Turabi bin Sayyid Ali bin Sayyid Moh. al-Faqih al-Muqaddam bin Sayyid Ali bin Sayyid Moh. Sahibul Marbat bin Sayyid Ali Qoli Qosam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi  bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad al-Muhajir  bin Sayyid Isa an-Naqib bin Sayyid Moh. an-Naqib bin Sayyid Ali al-Uraidi bin Sayyid Ja'far Shodiq bin Sayyid Moh. al-Baqir bin Sayyid Zainal Abidin bin Husien asy-Syahid, putra Syayyidah Fatimah az-Zahra al-Batul binti Baginda nabi besar Muhammad Saw.

7 September 2017


EmoticonEmoticon