Jumat, 08 September 2017

BERPUASA SELAMA 4 TAHUN BERTURUT-TURUT


Setelah diizinkan pulang dari pertapaannya, riyadah dan mujahadah Kyai Muzakki untuk menempa dirinya bukan berarti telah selesai, sebagai proses pembengkelan terakhir guna menservis suku cadang batin muridnya, Rijalul Ghaib memerintahkan satu tugas lagi pada Kyai Muzakki, yakni berpuasa selama  4 tahun berturut-turut dengan mencukupkan sebuah pisang untuk berbuka dan bersahur.

Hal ini dimaksudkan agar ego kecil Kyai Muzakki betul-betul mati, sehingga penyerapan nilai-nilai ilahiyah pada dirinya dapat berlangsung secara sempurna. Proses inilah yang dalam bahasa irfan disebut tajalliyat, yang hanya terjadi setelah seseorang melampau proses takholliyat dan tahalliyat. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Telah berfirman Allah Swt. : semua amal manusia adalah untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untukku dan Aku sendiri yang akan memberikan pembalasan kepadanya (HR. Bukhari).

Konon, menurut shohibul hikayah, sebelum mereka berpisah, Rijalul Ghaib sempat menegaskan pada KH. Achmad Syaha, "ketahuilah oleh Syaha, bahwa sesaat setelah Adam dicipta, Allah persiapkan untuknya surga, tetapi sebelum adam masuk kedalamnya, Allah terlebih dahulu mengusir Iblis dari situ, Surga Allah di dunia ini adalah hati kita, apabila kita berniat wushul ilallah, maka kita terlebih dahulu harus membersihkan hati kita dari pelbagai mahluk terkutuk sebagaimana dulu Allah lakukan pada surganya.

Hati kita ini adalah semacam pelabuhan yang hanya menerima satu bahtera, dan tidak mungkin diisi oleh bahtera yang saling kontradiktif, sama seperti surga yang tidak mungkin menerima dua jenis penghuni yang saling kontradiktif, hanya satu penghuni yakni golongan kanan (ashabul yamin).

Seperti diketahui bahwasannya puasa adalah pekerjaan menahan ditengah kebiasaan menumpahkan, atau mengendalikan diri di tengah tradisi melampiaskan. Ia adalah perlawanan terhadap pernik-pernik dunia, penaklukan terhadap iblis, setan, nafsu dan sekutu-sekutunya, maka dengan berpuasa diharapkan muncul kesadaran bahwa yang bersangkutan tidak lagi mati-matian mencari dan mengejar sesuatu yang tidak bisa dibawa mati.

Puasa adalah latihan mempersiapakan mental dan kepribadian agar mampu mengalahkan hawa nafsu secara terus-menerus, sehingga yang bersangkutan menjadi tuan bagi nafsunya, dengan puasa mendorong seseorang berusaha keras melakukan proses penyucian diri dengan cara menahan diri dari berbagai kecenderungan negatif yang muncul dari dalam dirinya, beristiqomah dalam mulazamah dan mukhalafah, dan terus konsisten membuka pintu surga, mengunci pintu neraka dan mematikan kreasi setan internal dan eksternal, sehingga sampailah manusia puasa pada satu eksistensi di mana ia seperti bayi suci yang baru terlahir dari kandungan ibunya (khoroja min dunubihi kayaumin waladathu ummuhu).

Dalam buku "The Miracle of Fasting" diceritakan : Paul C Bragg, Ph.D, seorang dokter spesialis di health science California, USA yang menghabiskan hampir seluruh usianya untuk meneliti dan memeriiksa ribuan orang berpuasa, mengemukakan, "saya memperoleh hasil yang menakjubkan, bahwa tubuh manusia dapat bekerja sendiri dalam periode tertentu tanpa makanan sama sekali. Keadaan puasa dapat memberikan waktu istirahat dan pemulihan diri bagi sel-sel organ internal tubuh yang selama ini telah bekerja keras dan berlebihan."

Puasa memicu kekuatan dan vitalitas dalam tubuh untuk membersihkan endapan-endapan racun yang tersimpan dalam tubuh seseorang selama bertahun-tahun. Karena puasa mengembangkan tenaga vital manusia kepada tingkat efisiensi yang palin tinggi, maka puasa juga mendorong penghancuran tumpukan zat-zat kimia dan pencemar tubuh lainnya yang tak bisa dibersihkan dengan cara apapun.

Selama berpuasa organ hati yang diketahui sebagai laboratorium kimia dari tubuh manusia yang paling banyak diforsir akan mendapat kesempatan untuk mengumpulkan tenaga dan memulihkan dirinya, sehingga setelah itu hati akan bekerja jauh lebih ringan dan efisien. Seluruh alat sensor manusia akan mengalami peningkatan dan bekerja pada tingkat efisiensi yang tinggi, selama dan sesudah berpuasa. Tak ada satupun proses terapi yang dapat memenuhi semua kebutuhan perbaikan akan kesehatan yang prima selain dengan berpuasa.

Puasa merupakan proses mengagumkan yang dapat memperlancar sirkulasi darah ke semua posisi, sehingga tenaga, daya tahan dan stamina seseorang yang berpuasa bertambah secara alami, termasuk juga pikiran orang yang berpuasa aakan menjadi lebih peka karena sirkulasi darah ke syaraf-syaraf otak menjadi sangat lancar, logika akan cair dan cara hidup akan lebih logis.

Dengan puasa pikiran menjelma menjadi sangat kuat sehingga dapat mengendalikan seluruh anggota tubuh, puasa telah dapat membuat mental seseorang tentram dan kuat, sebab jutaan sel dapat diremajakan dan dimurnikan sehingga membuat struktur yang menakjubkan bagi kesehatan lahir dan batin manusia.

Dengan puasa diharapkan dapat mengantarkan pelakunya dari permukaan pengetahuan menjadi kedalaman ilmu, pengetahuan barulah tataran terendah dari persyaratan mutu dan aktualitas eksistensi seseorang, tataran kedua adalah ilmu dan di atas itu adalah cinta, ketika ilmu (penghayatan akan kebenaran) dan cinta (pembijak, pengarif, dan penghikmah) bersenyawa dan berkelangsungan intermanagable, maka tercapailah tataran yang lebih tinggi, yakni taqwa dan taqwa adalah indikator utama dari para waliyullah. 

8 September 2017



EmoticonEmoticon