Kamis, 19 Oktober 2017

KH AHMAD MUZAKKI SYAH==> KIAI MUZAKKI DEKAT DENGAN WONG ALIT

Tulisan ini berawal dari wawancara Radar Jember Jawa Post beberapa hari yang lalu, lalu kami tergerak untuk upload berita tersebut agar lebih membumi lagi tentang Kiai Muzakki di seluruh Nusantara.

isi dari wawancara Radar Jember adalah sebagai berikut:

ULAMA ELITE YANG LEBIH DEKAT DENGAN WONG ALIT

Di usianya yang mendekati 70 tahun, kesibukan KH Achmad Muzakki Syah, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes Al-Qodiri), Gebang, Patrang, bukan kian ringan. Sebaliknya, berbagai undangan ceramah terus mengalir. Bahkan bertambah banyak, sehingga tembus ke luar negeri. Bagaimana menjaga kesehatan dan membagi waktunya?
Ratusan santri dan tamu berjajar rapi usai salat Jumatan di Masjid Al-Qodiri, pekan lalu. Mereka rela antre  hanya sekadar untuk ingin bersalaman dengan ulama kharismatik yang diyakini memiliki banyak kelebihan itu. 
Bahkan usai bersalaman, sebagian dari mereka masih sabar menunggu di serambi tamu yang cukup luas, untuk berkonsultasi berbagai hal. Di antaranya banyak yang membawa air mineral dalam botol berukuran sedang, untuk minta didoakan.
Menariknya lagi, sepanjang perjalanan dari pengimaman masjid hingga kediamannya, sepanjang seratus meteran, sambil menyalami para tamu, Kiai Muzakki—panggilan akrabnya—juga membagi-bagikan uang pada para tamu. Jumlahnya mulai yang angka lima ribu, sepuluh ribu, dua puluh ribu, lima puluh ribu, hingga seratus ribuan. Tak heran, jika di kedua kantung jubahnya tersedia jutaan rupiah yang sudah disiapkan dari rumah.
Menurut Ustaz Akhmad Rifai, salah seorang asisten pribadinya, kebiasaan Kiai Muzakki membagi-bagi uang tersebut, dilakukan setiap usai salat berjamaah di masjid. 
Namun yang paling banyak antrenya adalah usai salah Jumat. Itu dilakukan Kiai Muzakki sebagai wujud berbagai rezeki bagi sesama hamba Allah. “Jangan ditanya jumlahnya. Pak kiai yakin semua akan diganti berlipat ganda oleh Yang di Atas,” tutur Ustaz Rifai.
Hampir sepanjang hari, ruang tamu kediaman Kiai Muzakki tak pernah sepi dari para tamu yang ingin sowan, baik untuk sekadar minta nasihat,  hingga yang ingin berkonsultasi berbagai hal menyangkut  rumah tangga dan kehidupannya. Tidak hanya dari warga Jember dan sekitarnya, bahkan dari luar daerah dan luar Jawa pun juga hampir tak pernah absen. 
Tak jarang di antara para tamu juga sengaja datang ingin didoakan agar keluarganya sembuh dari berbagai penyakit yang dideritanya. Umumnya, tamu yang demikian ini dari kalangan ibu-ibu, sambil membawa air mineral dalam botol yang dibawa dari rumah. 
Ratusan botol air mineral tersebut diletakkan di depan kiai, lalu didoakan bersama-sama. Tak heran, saat melayani konsultasi tersebut, Kiai Muzakki juga menyiapkan buku dan bolpoin, untuk mencatat nama-nama “pasien” yang minta didoakan. Doanya pun campuran antara Bahas Arab (Alquran) dengan bahasa Indonesia (daerah) yang mudah dimengerti. Intinya, semua doa tersebut ditujukan kepada Sang Khaliq, Allah SWT.
Kepada Jawa Pos Radar Jember, Kiai Muzakki mengakui kegiatan yang dilakukan itu demi kecintaannya terhadap umat. Jika di banyak tempat banyak ulama yang suka bergaul dengan para elite, maka dirinya selalu ingin dekat wong alit (orang kecil). Bukan berarti Kiai Muzakki  tak mau menerima tamu elite seperti umumnya kiai lain. Hampir setiap malam Jumat manis ada saja para tokoh nasional yang datang untuk bergabung manaqiban bersama ratusan ribu jamaah yang dipimpinnya.
Dari dokumen foto-foto yang terpampang di ruang tamu, banyak tokoh nasional pernah sowan ke Ponpes Al-Qodiri, Gebang, tersebut. Termasuk tiga presiden RI, yakni Gus Dur, Susilo Bambang  Yudoyono (SBY), dan terakhir Presiden Jokowi. 
“Bahkan Presiden SBY dua kali datang ke sini,” ujarnya. Belum terhitung para menteri maupun jenderal, serta para pejabat tinggi lainnya  yang silih berganti bertamu. Maklum, ayah empat anak (tiga putra, satu putri) ini memiliki hubungan dekat dengan hampir semua pimpinan parpol.
Meski demikian, ulama kelahiran 9 Agustus 1948 ini tak pernah jauh dari umat (jamaah) yang  ikut membesarkannya. Ini terlihat hampir setiap malam waktunya habis untuk nyambangi jamaah yang tergabung dalam Dzikir Manaqib Syeh Abdul Qodir al-Djaelani, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan  “manaqiban Al-Qodiri”. Dalam manaqiban yang tersebar di berbagai wilayah hingga luar daerah itu, biasanya berkumpul ribuan, bahkan puluhan ribu jamaah. 
Khusus malam Jumat Manis (malam Jumat Legi), manaqiban ditempatkan di masjid kompleks Ponpes Al-Qodiri, Gebang. Tak heran, jika mendekati malam Jumat Legi, ratusan ribu jamaah berbondong-bondong datang ke tempat itu, beberapa di antaranya dari luar Jawa, terutama Lampung. Kiai Muzakki sendiri sudah menyiapkan areal jamaah, beserta lahan parkirnya sekitar 8 hektare (dari luas seluruhnya 25 ha). Mereka mengikuti ritual manaqiban yang dipimpin sendiri oleh sang kiai. 
Menurut Ustaz Rifai, jadwal Kiai Muzakki setiap malam cukup padat. Bahkan, karena kekurangan waktu, semalam bisa dua hingga tempat untuk didatangi. Sebab, jamaah sudah menunggu jauh-jauh hari sebelumnya, guna mendapat tausiah dan diajak berzikir bersama kiai. Bukan hanya di wilayah Jember, namun kiai harus keliling ke kota-kota tetangga, seperti Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, dan Probolinggo. “Itu yang rutin. Belum yang insidental,” jelas Ustaz Rifai, sembari menunjukkan jadwal rinciannya.
Bagaimana yang di luar daerah? Kata Ustaz Rifai, juga sudah dijadwal jauh-jauh sebelumnya. Bulan ini saja, kata dia, Kiai Muzakki akan menghadiri undangan manaqiban di Sulawesi Selatan, atas undangan Gubernur Yasin Limpo. Kemudian pada minggu ketiga Oktober, dilanjutkan menghadiri undangan serupa di Lampung selama tiga hari. “Kalau di Lampung sudah langganan,” imbuhnya. 
Malah Kiai Muzakki juga masih menyempatkan memenuhi undangan dari luar negeri, terutama Malaysia, Brunei, dan Singapura, acara yang sama. 
(jr/sh/hdi/das/JPR)


EmoticonEmoticon